Minggu lalu kita seringkali mendengar atau membaca kalimat, “Maaf lahir dan batin”. Tak aneh memang karena kalimat tersebut selalu mengiringi perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kalau saja misalnya seorang mengucapkan, mendengar, menuliskan
dan membaca kalimat itu 100 kali maka di seluruh Indonesia ada lebih dari 20
milyar rangkaian kata itu terdengar dan terbaca. Seorang yang telah berusia 30
tahun bisa jadi telah akrab dengan 4 rangkaian kata itu di telinga dan bibirnya
lebih dari 3000 kali selama hidupnya. Luar biasa bukan ?
Tapi tulisan ini bukan artikel matematika yang membahas hitung-menghitung.
Tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas berapa kuantitas kalimat “maaf lahir
dan batin” yang berseliweran di sekitar kita. Juga sama sekali tidak bermaksud
mempertanyakan atau mengkritisi suatu ritual dalam keyakinan beragama. Malah
mungkin semakin menyegarkan kembali pemahaman kita tentang makna mendalam dari
kata “maaf” yang barangkali disini tidak mengulasnya berdasarkan perspektif
keagamaan.
Dalam tulisan yang sederhana dan ringkas ini akan dikemukakan sedikitnya ada
2 logika ganjil atau paling tidak menggelitik pikiran berkaitan dengan kalimat
tersebut. Logika pertama, semakin sering kita ber “maaf lahir dan batin” semestinya
kita semakin sedikit melakukan kesalahan dan semakin sedikit dendam kepada
orang lain. Pada intinya kita semakin menjadi lebih baik, tenteram dan damai.
Anehnya kenyataan sekarang yang kita lihat dan rasakan tidaklah demikian. Kita
semakin banyak berbuat kesalahan bahkan kesalahan yang sama terus terjadi berulangkali seperti misalnya korupsi. Semakin banyak perselisihan dan
kekacauan antar suku, agama, ras dan faham (SARAF). Bahkan juga keributan dalam
1 SARAF. Logika yang aneh tapi nyata bukan ? Itulah yang terjadi kini.
Logika kedua, selama ini kita selalu mendengar “maaf lahir dan batin”,
anehnya di luar lebaran kita tidak pernah sekalipun mendengar atau menggunakan
kata “maaf lahir” atau “maaf batin”. Logikanya kalau ada “maaf lahir dan batin”
tentu ada “maaf lahir” atau “maaf batin”. Semestinya ketiga kalimat itu sering
terdengar dan dipakai tapi kenyataannya mengapa hanya 4 rangkaian kata itu saja
yang ada ?
Dalam bahasa sehari-hari diluar lebaran kita hanya menggunakan kata “maaf”
saja. Mungkin diantara kita ada yang bisa menjelaskan berdasarkan keyakinan
agama mengapa di saat Idul Fitri kita memakai kalimat “maaf lahir dan batin”.
Pastinya bukan karena terjemahan dari bahasa Arab. Jelas ada alasan tertentu.
Meskipun demikian diluar alasan keagamaan, tulisan ini mencoba sedikit
menelaah makna “maaf” yang sesungguhnya mendalam. Barangkali ada penambahan
“lahir dan batin” setelah kata “maaf” sebagai penekanan makna yang dalam.
Mengucapkan kata “maaf” tidak hanya di mulut yang merupakan wujud lahir tapi
juga harus keluar dari hati sebagai wujud batin. Jadi “maaf lahir dan batin”
adalah penekanan dari maaf yang terucap di mulut tapi berasal dari hati kita
yang paling dalam.
Pertanyaan selanjutnya, apakah kalau kita memohon maaf tanpa embel-embel
“lahir dan batin”, artinya tidak berasal dari hati ? Tentu saja tidak. Hanya
dalam konteks Idul Fitri sebagai Hari Raya yang istimewa perlu penekanan khusus
dalam memaknai maaf. Rasanya aneh kalau diluar lebaran kita bilang, “Maaf lahir
dan batin” kepada sahabat dan saudara kita. Rangkaian kata tersebut adalah
keistimewaan Idul Fitri dari sebuah makna “maaf”.
Diluar konteks lebaran, kata “maaf” yang kita ucapkan di mulut seharusnya
berasal dari hati terdalam sebagai bentuk penyesalan atas kesalahan kita dan berupaya
tidak berbuat kesalahan yang sama di masa kini dan masa datang.
Kembali kepada logika ganjil pertama, mencoba menduga penyebabnya. Mungkin
saja karena “maaf lahir dan batin” terlalu sering disebut dan didengar, justru
jadi kehilangan makna. Kalimat itu dianggap sebagai basa-basi dalam mengucapkan
Selamat Idul Fitri. Menjadi rutinitas dalam perayaan lebaran setiap tahun tanpa
makna.
Tapi sekali lagi tulisan ini tidak bermaksud mempertanyakan kalimat “maaf
lahir dan batin” dalam ritual sakral keyakinan beragama. Tulisan ini hanya
bermaksud menyampaikan ada logika ganjil yang menggelitik pikiran semua orang
yang memahami makna dari sebuah kata “M A A F”. Kata yang sederhana terdiri
dari 4 huruf tapi sesungguhnya memiliki arti luar biasa dalam kehidupan.
Akhir kata tentu saja kami memohon maaf yang bukan basa-basi jika ada
kalimat yang kurang baik dan mungkin sedikit membuat kita bingung atau apapun
yang kurang berkenan. Kalau hal itu sampai terjadi pasti ada kesalahpahaman
yang tidak disengaja karena tulisan ini semata-mata dibuat untuk tujuan
kebaikan dan kebahagiaan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar