Jumat, 09 September 2011

ADAKAH MAAF LAHIR ATAU MAAF BATIN ?



Minggu lalu kita seringkali mendengar atau membaca kalimat, “Maaf lahir dan batin”. Tak aneh memang karena kalimat tersebut selalu mengiringi perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kalau saja misalnya seorang mengucapkan, mendengar, menuliskan dan membaca kalimat itu 100 kali maka di seluruh Indonesia ada lebih dari 20 milyar rangkaian kata itu terdengar dan terbaca. Seorang yang telah berusia 30 tahun bisa jadi telah akrab dengan 4 rangkaian kata itu di telinga dan bibirnya lebih dari 3000 kali selama hidupnya. Luar biasa bukan ?

Tapi tulisan ini bukan artikel matematika yang membahas hitung-menghitung. Tulisan ini tidak bermaksud untuk membahas berapa kuantitas kalimat “maaf lahir dan batin” yang berseliweran di sekitar kita. Juga sama sekali tidak bermaksud mempertanyakan atau mengkritisi suatu ritual dalam keyakinan beragama. Malah mungkin semakin menyegarkan kembali pemahaman kita tentang makna mendalam dari kata “maaf” yang barangkali disini tidak mengulasnya berdasarkan perspektif keagamaan.

Dalam tulisan yang sederhana dan ringkas ini akan dikemukakan sedikitnya ada 2 logika ganjil atau paling tidak menggelitik pikiran berkaitan dengan kalimat tersebut. Logika pertama, semakin sering kita ber “maaf lahir dan batin” semestinya kita semakin sedikit melakukan kesalahan dan semakin sedikit dendam kepada orang lain. Pada intinya kita semakin menjadi lebih baik, tenteram dan damai. Anehnya kenyataan sekarang yang kita lihat dan rasakan tidaklah demikian. Kita semakin banyak berbuat kesalahan bahkan kesalahan yang sama terus terjadi berulangkali seperti misalnya korupsi. Semakin banyak perselisihan dan kekacauan antar suku, agama, ras dan faham (SARAF). Bahkan juga keributan dalam 1 SARAF. Logika yang aneh tapi nyata bukan ? Itulah yang terjadi kini.

Logika kedua, selama ini kita selalu mendengar “maaf lahir dan batin”, anehnya di luar lebaran kita tidak pernah sekalipun mendengar atau menggunakan kata “maaf lahir” atau “maaf batin”. Logikanya kalau ada “maaf lahir dan batin” tentu ada “maaf lahir” atau “maaf batin”. Semestinya ketiga kalimat itu sering terdengar dan dipakai tapi kenyataannya mengapa hanya 4 rangkaian kata itu saja yang ada ?

Dalam bahasa sehari-hari diluar lebaran kita hanya menggunakan kata “maaf” saja. Mungkin diantara kita ada yang bisa menjelaskan berdasarkan keyakinan agama mengapa di saat Idul Fitri kita memakai kalimat “maaf lahir dan batin”. Pastinya bukan karena terjemahan dari bahasa Arab. Jelas ada alasan tertentu.

Meskipun demikian diluar alasan keagamaan, tulisan ini mencoba sedikit menelaah makna “maaf” yang sesungguhnya mendalam. Barangkali ada penambahan “lahir dan batin” setelah kata “maaf” sebagai penekanan makna yang dalam. Mengucapkan kata “maaf” tidak hanya di mulut yang merupakan wujud lahir tapi juga harus keluar dari hati sebagai wujud batin. Jadi “maaf lahir dan batin” adalah penekanan dari maaf yang terucap di mulut tapi berasal dari hati kita yang paling dalam.

Pertanyaan selanjutnya, apakah kalau kita memohon maaf tanpa embel-embel “lahir dan batin”, artinya tidak berasal dari hati ? Tentu saja tidak. Hanya dalam konteks Idul Fitri sebagai Hari Raya yang istimewa perlu penekanan khusus dalam memaknai maaf. Rasanya aneh kalau diluar lebaran kita bilang, “Maaf lahir dan batin” kepada sahabat dan saudara kita. Rangkaian kata tersebut adalah keistimewaan Idul Fitri dari sebuah makna “maaf”.

Diluar konteks lebaran, kata “maaf” yang kita ucapkan di mulut seharusnya berasal dari hati terdalam sebagai bentuk penyesalan atas kesalahan kita dan berupaya tidak berbuat kesalahan yang sama di masa kini dan masa datang. 
  
Kembali kepada logika ganjil pertama, mencoba menduga penyebabnya. Mungkin saja karena “maaf lahir dan batin” terlalu sering disebut dan didengar, justru jadi kehilangan makna. Kalimat itu dianggap sebagai basa-basi dalam mengucapkan Selamat Idul Fitri. Menjadi rutinitas dalam perayaan lebaran setiap tahun tanpa makna.

Tapi sekali lagi tulisan ini tidak bermaksud mempertanyakan kalimat “maaf lahir dan batin” dalam ritual sakral keyakinan beragama. Tulisan ini hanya bermaksud menyampaikan ada logika ganjil yang menggelitik pikiran semua orang yang memahami makna dari sebuah kata “M A A F”. Kata yang sederhana terdiri dari 4 huruf tapi sesungguhnya memiliki arti luar biasa dalam kehidupan.

Akhir kata tentu saja kami memohon maaf yang bukan basa-basi jika ada kalimat yang kurang baik dan mungkin sedikit membuat kita bingung atau apapun yang kurang berkenan. Kalau hal itu sampai terjadi pasti ada kesalahpahaman yang tidak disengaja karena tulisan ini semata-mata dibuat untuk tujuan kebaikan dan kebahagiaan kita semua.



   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar