Kita pasti menyadari dalam kehidupan selalu ada suka dan ada duka. Ada yang beruntung dan ada yang bernasib malang. Ada yang mampu dan ada yang kebetulan kurang mampu. Kadang kita mengalami kehidupan yang cukup baik, bahkan mungkin sangat baik. Kadang pula kita mengalami saat-saat buruk seperti mengalami musibah, bencana alam atau bangkrut secara ekonomi.
Ketika kita sedang mengalami duka, kemalangan atau kurang mampu secara ekonomi, kita pasti sangat mengharapkan bantuan atau pertolongan orang lain. Pertolongan yang sedikit atau banyak bisa mengangkat kita dari keterpurukan.
Kalau kita ingin dibantu ketika susah, demikian pula dengan orang lain. Mereka yang mengalami kesulitan hidup pasti membutuhkan pertolongan. Kita yang kebetulan lebih beruntung kehidupannya sudah selayaknya membantu mereka. Kita membantu karena kita juga ingin dibantu manakala mengalami nasib seperti mereka.
Bantuan yang kita berikan bisa berupa materi atau non materi. Bantuan materi biasanya berupa sumbangan uang atau barang. Bantuan non materi bisa berupa pikiran dan tenaga.
Apapun bantuan yang diberikan hendaknya tulus ikhlas bagi kebaikan orang yang dibantu dan masyarakat banyak. Bukan untuk kebaikan kita sendiri.
Kadang kala kita memberikan sumbangan atau bantuan dengan harapan Tuhan akan melimpahkan banyak rejeki kepada kita. Mungkin tidak salah, katakanlah kita “merayu” Tuhan dengan melakukan kebaikan seperti itu. Tapi rasanya terlalu naif jika kita berpikir bisa “membujuk” Sang Maha Adil dengan berbagai sumbangan bagi kepentingan kita sendiri.
Kalaupun rejeki kita semakin lancar setelah memberikan banyak amal, itu bukan karena “rayuan” kita berhasil. Kebetulan pada saat itu Tuhan memang menghendaki untuk meminjamkan hartaNya kepada kita. Harta yang kita dapat itu bukanlah imbalan dari sumbangan dan bantuan kita.
Jikalau kita mengharapkan imbalan dari Maha Kuasa, mungkin bukan berupa rejeki di dunia fana ini. Selayaknya kita tidak mengharapkan imbalan apapun atas ketulusan dan keikhlasan bantuan kita. Kecuali mengharapkan kebaikan bagi banyak orang.
Ketika kita sedang mengalami duka, kemalangan atau kurang mampu secara ekonomi, kita pasti sangat mengharapkan bantuan atau pertolongan orang lain. Pertolongan yang sedikit atau banyak bisa mengangkat kita dari keterpurukan.
Kalau kita ingin dibantu ketika susah, demikian pula dengan orang lain. Mereka yang mengalami kesulitan hidup pasti membutuhkan pertolongan. Kita yang kebetulan lebih beruntung kehidupannya sudah selayaknya membantu mereka. Kita membantu karena kita juga ingin dibantu manakala mengalami nasib seperti mereka.
Bantuan yang kita berikan bisa berupa materi atau non materi. Bantuan materi biasanya berupa sumbangan uang atau barang. Bantuan non materi bisa berupa pikiran dan tenaga.
Apapun bantuan yang diberikan hendaknya tulus ikhlas bagi kebaikan orang yang dibantu dan masyarakat banyak. Bukan untuk kebaikan kita sendiri.
Kadang kala kita memberikan sumbangan atau bantuan dengan harapan Tuhan akan melimpahkan banyak rejeki kepada kita. Mungkin tidak salah, katakanlah kita “merayu” Tuhan dengan melakukan kebaikan seperti itu. Tapi rasanya terlalu naif jika kita berpikir bisa “membujuk” Sang Maha Adil dengan berbagai sumbangan bagi kepentingan kita sendiri.
Kalaupun rejeki kita semakin lancar setelah memberikan banyak amal, itu bukan karena “rayuan” kita berhasil. Kebetulan pada saat itu Tuhan memang menghendaki untuk meminjamkan hartaNya kepada kita. Harta yang kita dapat itu bukanlah imbalan dari sumbangan dan bantuan kita.
Jikalau kita mengharapkan imbalan dari Maha Kuasa, mungkin bukan berupa rejeki di dunia fana ini. Selayaknya kita tidak mengharapkan imbalan apapun atas ketulusan dan keikhlasan bantuan kita. Kecuali mengharapkan kebaikan bagi banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar