Beberapa waktu lalu umat Hindu di Bali baru
saja merayakan Hari Raya Nyepi. Malam sebelum Tahun Baru Caka tersebut selalu
ada perarakan “ogoh-ogoh” sebagai bagian dari keyakinan keagamaan dan
kebudayaan. Ogoh-ogoh adalah semacam patung yang terbuat dari kayu, bambu,
kertas dan bahan-bahan lain, umumnya berbentuk butakala dan lambang-lambang
kemurkaan lainnya. Patung ini diarak beramai-ramai keliling desa atau kota dengan diiringi
Belaganjur, musik tradisonal Bali . Setelah
selesai diarak patung dibakar habis. Meskipun kini banyak ogoh-ogoh yang tidak
dibakar melainkan dibiarkan begitu saja di pinggir jalan.
Perarakan dan membakar ogoh-ogoh sebagai
lambang untuk mengingatkan bahwa manusia pada malam itu harus membakar habis
segala sifat negatif dan keburukan dalam dirinya. Selanjutnya keesokan harinya
menyucikan diri dengan melakukan tapabrata di Hari Raya Nyepi.
Namun disini tentu saja tidak membahas Hari
Raya Nyepi secara khusus. Tulisan di atas adalah prolog bahwa manusia memiliki
sifat-sifat negatif, kemurkaan dan keburukan yang dikuasai oleh butakala,
iblis, setan dan sejenisnya yang harus dilawan, sehingga yang muncul sebagai
pemenang adalah kebaikan. Bagaimana dalam kehidupan nyata sehari-hari ? Apakah
kebaikan telah muncul sebagai pemenang ? Ataukah butakala, iblis dan setan
masih berkuasa atas diri manusia ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut mungkin lebih
baik kita tanyakan kembali, mengapa banyak orang lebih suka menggunakan gambar
tengkorak, iblis, setan dan lambang kemurkaan lainnya dalam stiker, kaos,
jaket, lambang band, organisasi dan sebagainya daripada gambar malaikat atau
lambang kebaikan lainnya ? Mengapa ada rawon setan, keripik setan, sambal iblis
dan berbagai makanan lain yang menggunakan lambang kemurkaan, begitu laris
dibeli orang ? Mengapa tidak ada rawon malaikat, keripik malaikat, sambal peri
atau makanan lain yang menggunakan nama dari lambang kebaikan ?
Pertanyaan
di atas hanya berdasarkan pengamatan saja karena memang tidak ada data valid
mengenai hal itu. Tulisan ini juga tidak membahas panjang lebar sebab pertanyaan tersebut pasti akan banyak “berkata-kata” melalui jawaban yang dikembalikan kepada diri kita masing-masing.