KEBAHAGIAAN AKAN LEBIH LENGKAP DENGAN BERBAGI KEBAHAGIAAN KEPADA SEMUA ORANG ... MARI BERBAGI !
Selasa, 24 Desember 2013
Senin, 15 April 2013
EGO YANG TAK TERKENDALI SUMBER BERBAGAI MASALAH DAN PERSOALAN HIDUP
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
merasa tidak dipedulikan dan diperhatikan oleh orang lain atau bahkan orang terdekat
kita sendiri. Kita merasa orang-orang tersebut hanya memikirkan dan
mementingkan dirinya sendiri, mereka egois.
Ketika berpikir demikian, kadang kita lupa
adakalanya kita juga egois hanya ingin diperhatikan dan dipedulikan oleh orang
lain tapi tak mau memberikan perhatian dan kepedulian kepada orang lain.
Pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki
ego masing-masing. Keakuan yang sudah melekat dalam diri kita semua dari sejak
dilahirkan. Ego pasti ada, persoalannya adalah bagaimana mengendalikannya agar
tidak berlebihan dan berada dalam taraf keseimbangan yang wajar. Manakala ego
kita seimbang, kehidupan akan berjalan baik.
Persoalan timbul ketika kita gagal
mengendalikan ego sehingga tidak seimbang. Ego yang terlalu kecil akan membuat
seseorang tidak memiliki keakuan, menjadi minder kurang percaya diri dan sering
bimbang. Merasa diri rendah dan kecil sehingga nyaris tidak memiliki
keberanian. Akibat yang paling fatal adalah menjadi mudah menyerah dan putus
asa.
Demikian pula ego yang terlalu berlebihan
akan menimbulkan banyak persoalan karena hanya memikirkan dan mementingkan diri
sendiri, tak peduli dengan orang lain. Akibat dari keegoisan timbullah problem
keluarga, korupsi, kriminalitas dan banyak lagi. Bahkan berbohongpun terjadi
karena keegoisan kita.
Mungkin ada yang belum paham bertanya, “Kok
bisa begitu ?”. Baik kita ulas sedikit. Kebanyakan problem keluarga terjadi
karena keegoisan dari masing-masing pasangan, tidak ada yang mau mengalah
sehingga sering terjadi pertengkaran dan perselisihan. Korupsi terjadi karena keegoisan
seseorang yang hanya memikirkan keuntungan bagi diri sendiri, tak peduli dengan
orang lain atau masyarakat. Kriminalitas misalnya perampokan sudah pasti si
perampok sama sekali tidak peduli dengan si korban. Jadi jelas perampokan
terjadi karena keegoisan. Demikian pula dengan pembunuhan dan berbagai tindak
kejahatan lainnya termasuk pencemaran serta pengrusakan alam.
Berbagai macam masalah dan persoalan
kehidupan kebanyakan terjadi karena manusia gagal mengendalikan egonya.
Kendalikanlah ego kita agar terjadi keseimbangan sehingga kehidupan akan
berjalan baik dan lebih membahagiakan.
Kamis, 14 Maret 2013
KEBURUKAN MENANG VS KEBAIKAN ?
Beberapa waktu lalu umat Hindu di Bali baru
saja merayakan Hari Raya Nyepi. Malam sebelum Tahun Baru Caka tersebut selalu
ada perarakan “ogoh-ogoh” sebagai bagian dari keyakinan keagamaan dan
kebudayaan. Ogoh-ogoh adalah semacam patung yang terbuat dari kayu, bambu,
kertas dan bahan-bahan lain, umumnya berbentuk butakala dan lambang-lambang
kemurkaan lainnya. Patung ini diarak beramai-ramai keliling desa atau kota dengan diiringi
Belaganjur, musik tradisonal Bali . Setelah
selesai diarak patung dibakar habis. Meskipun kini banyak ogoh-ogoh yang tidak
dibakar melainkan dibiarkan begitu saja di pinggir jalan.
Perarakan dan membakar ogoh-ogoh sebagai
lambang untuk mengingatkan bahwa manusia pada malam itu harus membakar habis
segala sifat negatif dan keburukan dalam dirinya. Selanjutnya keesokan harinya
menyucikan diri dengan melakukan tapabrata di Hari Raya Nyepi.
Namun disini tentu saja tidak membahas Hari
Raya Nyepi secara khusus. Tulisan di atas adalah prolog bahwa manusia memiliki
sifat-sifat negatif, kemurkaan dan keburukan yang dikuasai oleh butakala,
iblis, setan dan sejenisnya yang harus dilawan, sehingga yang muncul sebagai
pemenang adalah kebaikan. Bagaimana dalam kehidupan nyata sehari-hari ? Apakah
kebaikan telah muncul sebagai pemenang ? Ataukah butakala, iblis dan setan
masih berkuasa atas diri manusia ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut mungkin lebih
baik kita tanyakan kembali, mengapa banyak orang lebih suka menggunakan gambar
tengkorak, iblis, setan dan lambang kemurkaan lainnya dalam stiker, kaos,
jaket, lambang band, organisasi dan sebagainya daripada gambar malaikat atau
lambang kebaikan lainnya ? Mengapa ada rawon setan, keripik setan, sambal iblis
dan berbagai makanan lain yang menggunakan lambang kemurkaan, begitu laris
dibeli orang ? Mengapa tidak ada rawon malaikat, keripik malaikat, sambal peri
atau makanan lain yang menggunakan nama dari lambang kebaikan ?
Pertanyaan
di atas hanya berdasarkan pengamatan saja karena memang tidak ada data valid
mengenai hal itu. Tulisan ini juga tidak membahas panjang lebar sebab pertanyaan tersebut pasti akan banyak “berkata-kata” melalui jawaban yang dikembalikan kepada diri kita masing-masing.
Selasa, 05 Februari 2013
“HIDUP BEGINI-BEGINI AJA” PANTASKAH MENGELUH ?
Banyak di antara kita mungkin melakukan
rutinitas kehidupan yang nyaris sama dari hari ke hari. Ketika kita menjalaninya
dalam waktu lama, kita mulai merasakan kehidupan yang monoton, merasa jenuh dan bosan. Lalu mengeluh, “Kenapa hidup saya begini-begini saja ?”.
Keluhan yang cukup manusiawi jika hanya
sesaat terlintas dipikiran. Namun akan menjadi kesedihan dan merasa putus asa
jikalau keluhan ini berkepanjangan tak terkendali. Mengapa hal ini terjadi ?
Karena kita melihat kehidupan kita hanya dari satu sisi saja yaitu rutinitas
yang sama dari waktu ke waktu. Kita melupakan banyak hal yang harus disyukuri
seperti kesehatan. Meskipun hidup kita monoton bukankah kita dalam keadaan
sehat walafiat ?. Lalu lupa bersyukur meskipun monoton kita menjalani kehidupan
yang tenang nyaris tanpa masalah. Mengapa kita malah membuat masalah dengan
mengeluhkan kehidupan kita ?. Jika kita mau gali lagi masih banyak hal yang
harus disyukuri dari kehidupan yang “begini-begini aja”.
Kemudian apakah kita harus membiarkan saja
kehidupan kita yang monoton karena kita telah mensyukurinya ? Boleh saja,
mengapa tidak ? Apabila kita benar-benar bersyukur maka tak ada lagi perasaan
monoton, jenuh dan bosan, yang ada perasaan bahagia karena kehidupan yang
tenang, nyaris tanpa gejolak dan dalam keadaan sehat jiwa raga.
Mau mengubah kehidupan yang monoton menjadi
lebih bervariasi juga boleh. Bisa saja pada satu titik keluhan ini menjadi
cambuk untuk lebih bersemangat mengubah kehidupan menjadi lebih baik, sehingga
kita lebih bergairah mencari solusi kehidupan yang terasa monoton menjadi lebih
bervariasi, tentu saja ini merupakan suatu hal yang positif sepanjang selalu
menjalaninya dengan ikhlas dan penuh rasa syukur atas apa yang telah kita
alami.
Manakala kita senantiasa ikhlas dan bersyukur
atas kehidupan kita, tak akan ada lagi perasaan monoton dan keluhan, “Mengapa
hidup begini-begini saja ?”
Langganan:
Postingan (Atom)