Kamis, 14 Maret 2013

KEBURUKAN MENANG VS KEBAIKAN ?


KEBURUKAN MENANG VS KEBAIKAN ?
Beberapa waktu lalu umat Hindu di Bali baru saja merayakan Hari Raya Nyepi. Malam sebelum Tahun Baru Caka tersebut selalu ada perarakan “ogoh-ogoh” sebagai bagian dari keyakinan keagamaan dan kebudayaan. Ogoh-ogoh adalah semacam patung yang terbuat dari kayu, bambu, kertas dan bahan-bahan lain, umumnya berbentuk butakala dan lambang-lambang kemurkaan lainnya. Patung ini diarak beramai-ramai keliling desa atau kota dengan diiringi Belaganjur, musik tradisonal Bali. Setelah selesai diarak patung dibakar habis. Meskipun kini banyak ogoh-ogoh yang tidak dibakar melainkan dibiarkan begitu saja di pinggir jalan.

Perarakan dan membakar ogoh-ogoh sebagai lambang untuk mengingatkan bahwa manusia pada malam itu harus membakar habis segala sifat negatif dan keburukan dalam dirinya. Selanjutnya keesokan harinya menyucikan diri dengan melakukan tapabrata di Hari Raya Nyepi.

Namun disini tentu saja tidak membahas Hari Raya Nyepi secara khusus. Tulisan di atas adalah prolog bahwa manusia memiliki sifat-sifat negatif, kemurkaan dan keburukan yang dikuasai oleh butakala, iblis, setan dan sejenisnya yang harus dilawan, sehingga yang muncul sebagai pemenang adalah kebaikan. Bagaimana dalam kehidupan nyata sehari-hari ? Apakah kebaikan telah muncul sebagai pemenang ? Ataukah butakala, iblis dan setan masih berkuasa atas diri manusia ?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut mungkin lebih baik kita tanyakan kembali, mengapa banyak orang lebih suka menggunakan gambar tengkorak, iblis, setan dan lambang kemurkaan lainnya dalam stiker, kaos, jaket, lambang band, organisasi dan sebagainya daripada gambar malaikat atau lambang kebaikan lainnya ? Mengapa ada rawon setan, keripik setan, sambal iblis dan berbagai makanan lain yang menggunakan lambang kemurkaan, begitu laris dibeli orang ? Mengapa tidak ada rawon malaikat, keripik malaikat, sambal peri atau makanan lain yang menggunakan nama dari lambang kebaikan ?  


Pertanyaan di atas hanya berdasarkan pengamatan saja karena memang tidak ada data valid mengenai hal itu. Tulisan ini juga tidak membahas panjang lebar sebab pertanyaan tersebut pasti akan banyak “berkata-kata” melalui jawaban yang dikembalikan kepada diri kita masing-masing.