Rabu, 30 November 2011

GAYA HIDUP KINI DAN DAHULU

Mengapa orang-orang tua dahulu kebanyakan terlihat lebih sabar dan tidak terlalu mementingkan diri sendiri bahkan mau berkorban bagi banyak orang ? 

Salah satu sebab utama karena dahulu tuntutan gaya hidup tidak seperti sekarang. Dahulu gaya hidup adalah kebutuhan paling bawah sedangkan kini telah menjadi kebutuhan primer, malah sebagian orang menempatkannya di urutan paling atas. 

Gaya hidup masa kini telah membuat banyak orang menjadi kurang sabar, lebih mementingkan diri sendiri, tak peduli dengan orang lain, banyak mengeluh dan tentu saja kurang bahagia, kalau tidak mau dikatakan menderita.

Selasa, 29 November 2011

GAYA HIDUP TAK AKAN ADA HABISNYA

Sungguh prihatin mendengar adanya korban dalam sebuah acara penjualan murah smartphone terkenal. Ribuan orang rela antri dan berdesak-desakan hanya untuk membeli dengan harga murah sebuah alat komunikasi yang telah menjadi tuntutan gaya hidup masa kini. 

Kondisi ini cukup membuktikan bahwa gaya hidup modern telah menjadi kebutuhan primer di masyarakat perkotaan. Gaya hidup sama pentingnya dengan sembako. Luar biasa. 

Disadari atau tidak, gaya hidup telah menjadi tuntutan hidup yang harus terpenuhi. Jika tidak terpenuhi, orang bisa mengalami stress bahkan depresi. Untuk mengurangi penderitaan itu cobalah hindari gaya hidup berlebihan. Gaya hidup bukan membahagiakan tapi seringkali mengecewakan karena tidak akan ada habisnya.

Senin, 28 November 2011

TUNTUTAN GAYA HIDUP MODERN DI KALANGAN REMAJA

Cukup mengejutkan menemukan cukup banyak kasus orang muda usia 15 sampai 25 tahun merasa sulit tidur dengan beragam alasan. Umum diketahui kasus seperti ini kebanyakan menimpa kalangan usia dewasa 25 tahun ke atas. Usia dewasa yang harus lepas dari orang tua untuk menghidupi diri sendiri membuat beban hidup lebih berat yang menimbulkan stress. Mudah dipahami jika kemudian mereka menderita sulit tidur. Tapi cukup sulit dimengerti jika remaja yang masih dihidupi oleh orang tua sampai merasa sulit tidur. 

Meskipun banyak faktor penyebab namun dapat diduga kuat akar permasalahan adalah tuntutan gaya hidup modern. Harus terpenuhinya semua tuntutan gaya hidup remaja masa kini. Harus mengikuti tren pergaulan dan sebagainya. Apabila tidak terpenuhi tuntutan itu, mereka akan stress lalu merasa sulit tidur. Gaya hidup modern membuat kita merasa susah ikhlas menerima keadaan dan  tentu saja menjadi lupa untuk mensyukuri hidup. Dan biasanya selalu mengeluh tak berkesudahan.

Sabtu, 26 November 2011

MENGAPA TIDAK MELAKUKAN HAL SEDERHANA UNTUK SUKSES DAN BAHAGIA?


Kita mau sukses dan bahagia
Minimal sukses dan bahagia menurut ukuran kita sendiri, bukan ukuran orang banyak yang lebih berorientasi kepada harta dan jabatan
Mengapa harus pusing dengan berbagai teori, cara, petunjuk, tips dan trik yang katanya praktis dan ilmiah tapi kenyataannya cukup rumit dan sulit dipahami ? 
Mengapa tidak MELAKUKAN (bukan sekedar teori atau di bibir saja) hal yang sederhana yaitu IKHLAS dan BERSYUKUR atas apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan

Sekedar renungan akhir pekan penuh rasa syukur dan keikhlasan dalam perbuatan.    

Jumat, 25 November 2011

IKHLAS TIDAK SAMA DENGAN PASRAH

Samakah pengertian ikhlas dan pasrah ? Tentu saja tidak sama. Ketika kita menolong orang lain pasti menolong secara ikhlas, tidak ada menolong dengan pasrah. 

Pengertian ikhlas dan pasrah memang sama-sama mengandung makna menerima suatu keadaan. Pasrah lebih cenderung menerima keadaan karena merasa kalah tanpa dasar spriritual. Sedangkan ikhlas menerima keadaan karena atas dasar iman, karena keyakinan kepada Maha Kuasa.

Rabu, 23 November 2011

AKAN SULIT BERSYUKUR KALAU TIDAK IKHLAS


2 elemen dasar hidup bahagia adalah ikhlas dan bersyukur, mengapa harus ikhlas ? Apakah bersyukur saja tidak cukup ?” Sebuah pertanyaan yang cukup kritis. 

Jawabannya cukup sederhana saja. Bagaimana kita bisa bersyukur kalau tidak ikhlas menerima hidup kita ?. Ikhlaslah dulu menerima apapun kehendak Maha Kuasa atas hidup kita, setelah itu kita akan dapat benar-benar mensyukuri kehidupan.

Selasa, 22 November 2011

MENSYUKURI HIDUP TIDAK SAMA DENGAN MENIKMATI HIDUP

Ada pula yang beranggapan, mensyukuri hidup sama dengan menikmati hidup. Mereka yang berpikir seperti itu pasti akan terus mencari kenikmatan hidup. Ketika tidak mendapatkan kenikmatan, dia merasa menderita, tidak lagi bersyukur malah mempertanyakan kebaikan Tuhan. 

Menikmati dan mensyukuri hidup adalah pengertian yang sangat berbeda. Menikmati hidup adalah memanjakan raga, bersifat badaniah. Sedangkan mensyukuri hidup adalah dengan jiwa kita memuji dan berterima kasih kepada Sang Pemilik Kehidupan, suatu kesadaran spiritual. 

Dengan menikmati hidup kita memang mensyukuri hidup tapi mensyukuri hidup tidak selalu mencari kenikmatan hidup.

Senin, 21 November 2011

BERSYUKURLAH DALAM SIKAP DAN PERBUATAN, BUKAN HANYA DIUCAPKAN


Masih cukup banyak yang beranggapan kalau kita selalu ikhlas dan bersyukur artinya pasrah, tidak ada motivasi untuk maju. Orang yang beranggapan demikian, dapat dipastikan tidak memahami makna bersyukur. Dia memahami bersyukur hanya sekedar di bibir. 

Bersyukur tentu saja tidak sekedar diucapkan, lebih dari itu yang terpenting bersyukur harus diwujudkan dalam sikap dan perbuatan. Kalau kita bersyukur dengan kesehatan kita maka bekerjalah dengan rajin dan ulet. Kalau bersyukur dengan ilmu yang kita dapat maka berpikirlah lebih baik. Kalau bersyukur dengan rejeki yang didapat maka pergunakan rejeki itu dengan baik. Apakah kita bersyukur kalau bermalas-malasan, tidak mau menggunakan pikiran atau ilmu kita dan menghambur-hamburkan rejeki kita dengan berfoya-foya ?

Jika kita benar-benar bersyukur dalam sikap dan perbuatan maka dengan sendirinya kita akan selalu termotivasi menjadi lebih baik.

Kamis, 17 November 2011

EMOSI BERLEBIHAN MENGHASILKAN KEKECEWAAN-KEKECEWAAN LEBIH BERAT

Setiap hari kita berinteraksi dengan orang lain, tentu kita sering merasa kecewa kepada orang lain. Kecewa karena beragam alasan dari ingkar janji sampai orang lain melanggar hak-hak kita. Pada intinya kecewa karena sikap dan perbuatan orang lain tidak sejalan dengan kemauan kita. 

Apapun kekecewaan kita usahakan tenangkan diri dulu. Sebaiknya tidak merespon dengan emosi berlebihan. Cobalah diam sejenak dan tarik nafas dalam-dalam. Setelah tenang dan pikiran cukup jernih lalu carilah solusi yang baik. 

Jikalau kita mengatasi kekecewaan dengan emosi yang berlebihan, seringkali menghasilkan kekecewaan-kekecewaan berikutnya yang mungkin lebih berat.

Rabu, 16 November 2011

KADANG BISA BANGGA, KADANG KECEWA KEPADA DIRI SENDIRI


Pernahkah kita kecewa kepada diri sendiri ? 

Kalau menjawab, ”Tidak pernah”, kita bisa digolongkan orang yang sangat percaya diri, malah bisa dikatakan tinggi hati. Merasa selalu benar, tidak pernah salah. Selalu menyalahkan orang lain dan lingkungan. Dalam kondisi ini kita mungkin menjadi stagnan, tidak pernah mau memperbaiki diri. 

Andai jawabannya, ”Sering”, bisa dibilang kita termasuk orang yang kurang percaya diri, bahkan rendah diri (bukan rendah hati). 

Jika menjawab, ”Kadang-kadang”, kita tergolong orang yang cukup percaya diri. Kadang kita kecewa kepada diri sendiri karena memang ada yang salah dengan diri kita yang memang harus diperbaiki. 

Manusia tak mungkin sempurna, selalu benar. Namun manusia juga tak mungkin selalu salah. Kadang bisa salah, kadang bisa benar. Kadang bisa kecewa, kadang juga bisa bangga dengan diri sendiri.

Selasa, 15 November 2011

MENGUBAH KEBIASAAN DALAM MENGHADAPI KEKECEWAAN


Kecewa dengan cuaca yang panas, kita mengeluh,”Brengsek ! Panas sekali !”. Saat hujan turun, tanpa sadar kita mengumpat,”Sialan ! Hujan !”. Mau menelpon tidak ada sinyal, kita menghardik,”Setan ! Nggak ada sinyal !”. Dan banyak lagi contoh lainnya yang kita alami sehari-hari. Semua itu adalah pola pikir dan sikap sebagai respon dari kekecewaan yang terbentuk selama bertahun-tahun sehingga menjadi kebiasaan mendarah-daging yang kemudian bisa saja diteladani oleh anak cucu kita. 

Pertanyaannya, apa ruginya dengan kebiasaan itu ?. Kalau kekecewaan ringan seperti di atas saja kita menghadapinya dengan keluhan, umpatan dan hardikan, lalu bagaimana kita mengatasi kekecewaan yang berat ? Kemungkinan besar kita akan merespon dengan amarah yang meluap dan bisa tak terkendali. Amarah ini pasti merugikan diri kita sendiri. Amarah bisa membuat kita melakukan perbuatan konyol yang tidak rasional. Kemarahan yang terus berkobar bisa menjadi benci dan dendam yang tentu saja membuat hidup kita tidak bahagia

Jadi ubahlah pola pikir dan sikap kita ketika menghadapi kekecewaan ringan agar menjadi kebiasaan yang positif. Manakala udara panas, bersyukurlah, “Untung panas, saya jadi bebas bepergian”. Waktu hujan turun, berterima-kasihlah kepada Tuhan, “Terima kasih Tuhan atas air melimpah yang dicurahkan”. Pada saat tak ada sinyal, tersenyumlah,”Wah nggak ada sinyal, nggak bisa telpon tapi bisa menghemat pulsa”. Jangan biarkan kekecewaan merenggut kebahagiaan kita.

Senin, 14 November 2011

MENGATASI RASA KECEWA

Kalau mau jujur, bisa dikatakan setiap hari kita merasa kecewa. Selama kita hidup, kita tak bisa menghindari rasa kecewa. Dari kekecewaan ringan sampai yang berat. Cukup banyak orang yang gagal atau kurang mampu mengatasi dan mengelola kekecewaan dengan baik. Lalu menimbulkan beragam ekspresi dari murung, mengeluh, mengumbar sumpah serapah, caci maki sampai rasa benci dan dendam

Kita memang tak bisa menghindar dari rasa kecewa tapi kita seharusnya bisa mengatasi bahkan mengelola rasa kecewa. Selain kita berusaha mengatasi penyebab dari kekecewaan, kita juga harus mengubah pola pikir dan sikap. Dulu mungkin kita banyak mengeluh dan mencaci maki. Sekarang cobalah berpikir, adakah gunanya kita mengeluh dan mencaci maki ? Bukankah sikap ini malah menambah emosi dan stress kita? Cobalah kita menahan diri dengan diam menenangkan diri. Semestinya kita akan merasa lebih tenang dan lebih baik tanpa emosi. 

Cobalah atasi kekecewaan dengan mengubah pola pikir dan sikap kita.

Sabtu, 12 November 2011

DIMANAKAH KEDAMAIAN ?


Kita sebagai manusia tentu memiliki kebutuhan, keinginan dan harapan. Manakala kita tidak bisa mengendalikan keinginan dan harapan yang tidak sesuai kenyataan, timbullah berbagai masalah yang membuat pikiran dan hati kita menjadi kalut dan gelisah. Dalam kondisi ini kita mencari dan membutuhkan kedamaian untuk menenangkan pikiran dan hati kita. 

Lalu kita bertanya,”Dimanakah kedamaian ?”, “Adakah kedamaian ?”, “Apakah dalam kedamaian saya akan menemukan kebahagiaan ?”. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, kita harus bertanya lagi kepada diri sendiri, “Apa yang menyebabkan pikiran dan hati kita tidak tenang dan damai ?”, “Apakah banyak kenyataan hidup yang tidak sesuai keinginan dan harapan kita ?” “Apakah kita harus menyalahkan orang lain, lingkungan, keadaan atau diri sendiri yang akan membuat kita semakin gelisah ?”, “Mengapa kita tidak mengikhlaskan semua persoalan dan hidup kita kepada Sang Maha Damai ?”.

Sekedar renungan akhir pekan dalam kedamaian.

Kamis, 10 November 2011

PARA PAHLAWAN JUGA MEMPERJUANGKAN KEDAMAIAN

“Apakah para pahlawan kita dulu tidak suka damai ?” 

Mereka justru mengorbankan nyawa untuk memperjuangkan kedamaian yang bebas dari penindasan, perbedaan, intimidasi, keserakahan, kekerasan dan penjajahan

Selamat Hari Pahlawan. 

Semoga masih banyak pahlawan masa kini yang rela berkorban dan berjuang bagi kedamaian dan kebahagiaan masyarakat Indonesia.

Rabu, 09 November 2011

ADAKAH KEDAMAIAN ?

“Adakah kedamaian di dunia ini ?” Sebuah pertanyaan yang penuh harap. 
 
Dunia di luar diri kita nyaris tak mungkin, kalau tidak mau dikatakan mustahil, ada kedamaiaan. Selama manusia memiliki ego yang dominan, tak terkendali, sangat sulit menciptakan kedamaian di dunia fana. Namun kita bisa menciptakan kedamaian di dalam dunia diri kita sendiri. Bisa dengan cara berdoa, yoga, meditasi dan lain sebagainya.

Selasa, 08 November 2011

KEDAMAIAN DAN KEBAHAGIAAN


Ada sebuah pertanyaan cukup menarik,”Apakah kedamaian identik dengan kebahagiaan ?”. 

Kedamaian lebih kepada pengartian suasana. Suatu suasana yang tenang, tak ada gejolak, konflik, keributan dan kekacauan. Suasana ini merupakan lingkungan yang sangat ideal dan lebih memudahkan kita untuk menciptakan kebahagiaan

Dalam kedamaian pasti mudah menciptakan kebahagiaan tapi kebahagiaan bisa diciptakan dalam berbagai suasana kehidupan.

Senin, 07 November 2011

SELAMAT HARI RAYA IDHUL ADHA

Dalam kebahagiaan, kami mengucapkan 
Selamat Hari Raya Idhul Adha 
kepada seluruh umat Islam di dunia.

Untuk menghormati Hari Suci dan membahagiakan tersebut, hari ini kami tidak menyampaikan tulisan maupun artikel. Sejujurnya kami ingin memberikan sedikit bahasan tentang arti dan makna Idhul Adha, namun dengan rendah hati kami menyadari tidak memiliki cukup wawasan mengenai peringatan yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban itu.

Sabtu, 05 November 2011

MENGAPA TAK MAU MENYEDIAKAN WAKTU ?


Benarkah kita sibuk bekerja, tak ada waktu bagi keluarga, berbuat kebaikan dan sejenisnya ? 
Ataukah kita memang tak mau menyediakan waktu ? 
Bukankah kita yang mengelola waktu dan bukan sebaliknya ? 
Bukankah waktu berlaku sama setiap orang, 24 jam sehari ? 
Tak ada waktu ataukah tak mau menyediakan waktu ? 
Mengapa kita tak mau menyediakan waktu ? 

Sekedar renungan akhir pekan tanpa kesibukan.

Jumat, 04 November 2011

BUKAN SIBUK MEMBAHAS SALAH ATAU BENAR TAPI LEBIH BAIK MENCARI SOLUSI


Ada yang bertanya, “Saya jarang bertemu keluarga karena saya harus mencari nafkah di daerah lain. Saya sibuk bekerja apapun yang bisa dilakukan dari subuh sampai malam hari dan hasilnya hanya cukup untuk kami makan sehari-hari. Apakah saya salah kalau jarang bertemu keluarga karena sibuk mencari makan bagi keluarga saya ?” 

Rasanya kurang bijaksana untuk mengatakan salah atau benar dalam kasus seperti ini. Akan lebih baik kita mencari solusi. Karena data yang kita dapat sangat minim atas masalah ini, tentu ada banyak pilihan solusi. Pertama mengapa tidak mencari nafkah di daerah asal ? Mengapa keluarga tidak ikut merantau ? Sampai kepada solusi mengapa tidak mengembangkan keterampilan lain ? Dan lain sebagainya. 

Dalam menghadapi kehidupan, kadang akan lebih bijak bukan sibuk membahas salah atau benar, lebih baik mencari solusi atas masalah tersebut.

Kamis, 03 November 2011

SEDIAKAN WAKTU UNTUK MEMPERHATIKAN DAN PEDULI KEPADA ORANG LAIN

Kesibukan sehari-hari dari bekerja sampai urusan keluarga dan pribadi, cukup menyita waktu kita sehingga kadang kita tak peduli dengan orang lain. Mungkin tanpa sadar kita menjadi lebih mementingkan diri sendiri, menjadi lebih egois. Bahkan ada keegoisan ini begitu kuat sampai tega memperoleh kesenangan bagi diri sendiri sementara orang lain menderita. Bergembira di atas duka orang lain

Ketika keegoisan ini mengakar dalam diri kita, cobalah sedikit berpikir, bagaimana kalau semua orang menjadi egois, tak peduli dengan orang lain ? Siapakah yang peduli kepada kita manakala kita menderita karena keegoisan orang lain ? 

Sesibuk apapun kita berusahalah menyediakan waktu untuk memperhatikan dan peduli kepada orang lain karena sewaktu-waktu bisa saja kita yang membutuhkan perhatian dan kepedulian dari orang lain.

Rabu, 02 November 2011

SEDIAKAN WAKTU UNTUK HAL-HAL YANG KELIHATAN SEPELE NAMUN BERMAKNA

Setiap hari kita sibuk bekerja, entah katanya mengejar mimpi, menggapai sukses dan sebagainya. Sibuk mencapai target, memenuhi deadline atau bekerja keras memaksakan diri agar semua berjalan dengan cepat, tak ada penundaan dan waktu yang terbuang. Dalam kondisi ini waktu terasa berlari begitu cepat mengejar kita. Nyaris tak ada waktu luang, waktu begitu berharga sampai beranggapan waktu adalah uang. Sangat sibuk sampai tak bisa merasakan nikmatnya sarapan, indahnya matahari, merdunya kicau burung, senyum ceria putra-putri di pagi hari, hanya karena terburu-buru berangkat bekerja lebih pagi. 

Ada yang mengatakan itulah harga atau pengorbanan yang harus dibayar untuk sebuah kesuksesan. Boleh saja berpendapat seperti itu tapi apakah kita benar-benar tak ada waktu atau tak mau menyediakan waktu ? Bukankah kita yang mengelola waktu dan bukan sebaliknya ? 

Sibuk bekerja tentu saja tidak buruk tapi jangan lupa menyediakan waktu untuk menikmati dan mensyukuri hal-hal yang kelihatannya sepele bagi orang sibuk namun memiliki arti dan makna yang besar dalam hidup kita.

Selasa, 01 November 2011

BUKAN TAK ADA WAKTU TAPI TAK MAU MENYEDIAKAN WAKTU


Mungkin cukup banyak di antara kita yang telah berkeluarga, jarang menyediakan waktu bagi keluarga karena alasan kesibukan pekerjaan. Dan kita sibuk bekerja, justru untuk membahagiakan keluarga, sebagai wujud kasih sayang dan tanggung jawab kepada keluarga. Kira-kira seperti itu argumen yang umum kita sampaikan. 

Kisah ini mungkin sudah terlalu sering kita dengar dan baca menjadi ide cerita di film, sinetron, novel dan sebagainya. Sudah sangat banyak artikel dan acara di media massa yang membahas masalah tersebut. 

Dalam forum ini, hanya pertanyaan sederhana yang ingin diajukan, mengapa ketika kita masih berpacaran, selalu  menyediakan waktu bagi kekasih walau kita sesibuk apapun ? Setelah menikah mengapa semakin jarang ada waktu dengan alasan sibuk ? Bagi sebagian yang mungkin memiliki P/WIL (Pria/Wanita Idaman Lain) mengapa selalu menyediakan waktu dalam kesibukan pekerjaan ? 

Kesibukan bukan alasan yang tepat jika jarang bersama keluarga. Kita bukan tak ada waktu tapi TAK MAU MENYEDIAKAN WAKTU.